THE POWER OF VISION


THE POWER OF VISION (Maarjes Sasela)

Setiap orang adalah pemimpin, minimal ia adalah pemimpin bagi dirinya. Banyak pemimpin baik formal maupun non-formal, gagal menjalankan tugasnya karena mereka tidak memiliki visi yang jelas. Mereka tidak tahu akan dibawa kemana organisasi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang berjalan tanpa visi sama seperti orang buta menuntun orang buta. Visi bagi seorang pemimpin ibarat kompas yang menjadi petunjuk arah kemana nahkoda harus mengarahkan kapalnya. Kompas dapat menjadi salah satu indikator bagi nahkoda untuk membawa kapal sampai tujuan, begitu juga visi bagi seorang pemimpin. Dengan adanya visi, seseorang akan tahu cara berjalan menuju puncak karier, bisnis, politik, olahraga, seni, atau apapun bidang yang sedang digelutinya. Visi yang kuat tidak akan pernah di bawa mati, ketika sang visioner meninggal, visi itu akan tetap hidup sampai suatu ketika visi itu menjadi kenyataan.

Kita semua pasti ingat seorang visioner kulit hitam yang bernama Martin Luther King Jr. Dalam sebuah pidatonya yang sangat terkenal sampai hari ini diberi judul “I Have a Dream”. Pidato yang melegenda ini terkenal dengan pernyataannya yang berkata … “I have a dream that one day on the red hills of Georgia the sons of former slaves and the sons of former slaves owner will be able to sit down together at the table of brotherhood.” (Saya mempunyai mimpi, bahwa suatu hari di bukit yang memerah di Georgia, anak-anak dari bekas budak dan anak-anak dari bekas pemilik budak akan duduk bersama di meja persaudaraan). “I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the colour of their skin but by the content of their character. I have a dream today!” (Saya mempunyai mimpi bahwa keempat anak saya yang kecil suatu hari akan hidup di sebuah negara dimana mereka tidak dinilai dari warna kulitnya, melainkan oleh isi karakter mereka.) Ketika suatu ketika seorang senator berkulit hitam dan pernah menjadi warga Jakarta selama beberapa tahun bernama Barrack Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pertama, yang bukan berkulit putih, semua teringat akan pidato inspiratif Dr. Martin Luther King di atas. Ia dan mungkin puluhan juta warga Amerika berkulit putih maupun yang berkulit warna lain tidak mengira bahwa impian Dr. King terwujud juga. Impian telah menjadi kenyataan!  (http://www.kompasiana.com)

Orang yang memiliki impian atau visi yang besar, tidak akan pernah berhenti berusaha sampai impiannya menjadi kenyataan, King memang tidak sampai melihat impiannya menjadi kenyataan. Dan mungkin saja pada waktu ia berkata “i have a dream” ada orang yang memandang dengan sebelah mata, sambil bergumam “minggu disiang bolong”. Akan tetapi, hari ini dunia dipaksa mengakui apa yang dikatakan oleh King benar-benar menakjubkan. Amerika tidak saja anak-anak bekas budak dan anak-anak pemilik budak bermain bersama, atau sekadar mendapat perlakuan yang sama dan tidak ada lagi orang dinilai dari warna kulit. Sejarah Amerika bahkan dunia mencatat seorang anak kulit hitam menjadi orang nomor satu di negara adidaya itu.

Banyak orang tidak menyangka bahwa suatu saat kata-kata yang mengandung visi itu menjadi kenyaatan. Sampai pada waktu Barak Husein Obama menjadi presiden Amerika dua periode semua orang baru mengakui bahwa suara kenabian King Jr adalah benar. King Jr, menyampaikan visinya pada 28 Agustus 1963, lima puluh tahun lalu. Pada waktu itu, King berpidato di hadapan sekitar 250 ribu orang kulit hitam yang berkumpul di depan monumen Abraham Lincoln di Kota Washington DC, Amerika Serikat. Ketika itu pula, hanya setengah abad lalu, masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi warga kelas dua. Di bagian selatan negara itu warga kulit hitam tidak boleh naik bus yang dinaiki oleh kulit putih, tidak boleh mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah kulit putih dan tidak boleh masuk restoran khusus untuk kulit putih.  Akan tetapi, 50 tahun kemudian impian King menjadi kenyataan.

Bagi seorang visioner, ini hal yang memang sangat mungkin terjadi, John Sculley, mantan direktur utama Pepsi dan Apple Computer berkata “Masa depan adalah milik mereka yang melihat kemungkinan-kemungkinan sebelum semuanya menjadi kenyataan.” Pembaca yang budiman, apa impian yang Anda harapkan suatu ketika jika bukan Anda maka anak atau anak-anak di negeri ini dapat mencapainya? Bermimpilah yang besar dan kerjakanlah dengan sepenuh hati dan  antusias maka impian itu pasti menjadi kenyataan. John C. Maxwell berkata, “Keberanian seorang pemimpin besar untuk memenuhi impiannya adalah berkat semangatnya bukan posisinya. Salam sukses dengan saya Maarjes Sasela!

 

 

 

Kesaksian – Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Wakil Gubernur Jakarta


Orang yang dipakai Tuhan
Saya lahir di Gantung, desa Laskar Pelangi, di Belitung Timur, di dalam keluarga yang belum percaya kepada Tuhan. Beruntung sekali sejak kecil selalu dibawa ke Sekolah Minggu oleh kakek saya. Meskipun demikian, karena orang tua saya bukan seorang Kristen, ketika beranjak dewasa saya jarang ke gereja.

Saya melanjutkan SMA di Jakarta dan di sana mulai kembali ke gereja karena sekolah itu merupakan sebuah sekolah Kristen. Saat saya sudah menginjak pendidikan di Perguruan Tinggi, Mama yang sangat saya kasihi terserang penyakit gondok yang mengharuskan dioperasi. Saat itu saya walaupun sudah mulai pergi ke gereja, tapi masih suka bolos juga. Saya kemudian mengajak Mama ke gereja untuk didoakan, dan mujizat terjadi. Mama disembuhkan oleh-Nya! Itu merupakan titik balik kerohanian saya. Tidak lama kemudian Mama kembali ke Belitung, adapun saya yang sendiri di Jakarta mulai sering ke gereja mencari kebenaran akan Firman Tuhan.

Suatu hari, saat kami sedang sharing di gereja pada malam Minggu, saya mendengar Firman Tuhan dari seorang penginjil yang sangat luar biasa. Ia mengatakan bahwa Yesus itu kalau bukan Tuhan pasti merupakan orang gila. Mana ada orang yang mau menjalankan sesuatu yang sudah jelas tidak mengenakan bagi dia? Yesus telah membaca nubuatan para nabi yang mengatakan bahwa Ia akan menjadi Raja, tetapi Raja yang mati di antara para penjahat untuk menyelamatkan umat manusia, tetapi Ia masih mau menjalankannya! Itu terdengar seperti suatu hal yang biasa-biasa saja, tetapi bagi saya merupakan sebuah jawaban untuk alasan saya mempercayai Tuhan. Saya selalu berdoa “Tuhan, saya ingin mempercayai Tuhan, tapi saya ingin sebuah alasan yang masuk akal, cuma sekedar rasa doang saya tidak mau,” dan Tuhan telah memberikan PENCERAHAN kepada saya pada hari itu. Sejak itu saya semakin sering membaca Firman Tuhan dan saya mengalami Tuhan.

Setelah saya menamatkan pendidikan dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi pada tahun 1989, saya pulang kampung dan menetap di Belitung. Saat itu Papa sedang sakit dan saya harus mengelola perusahaannya. Saya takut perusahaan Papa bangkrut, dan saya berdoa kepada Tuhan. Firman Tuhan yang pernah saya baca yang dulunya tidak saya mengerti, tiba-tiba menjadi rhema yang menguatkan dan mencerahkan, sehingga saya merasakan sebuah keintiman dengan Tuhan. Sejak itu saya kerajingan membaca Firman Tuhan. Seiring dengan itu, ada satu kerinduan di hati saya untuk menolong orang-orang yang kurang beruntung.

Papa saat masih belum percaya Tuhan pernah mengatakan, “Kita enggak mampu bantu orang miskin yang begitu banyak. Kalau satu milyar kita bagikan kepada orang akhirnya akan habis juga.” Setelah sering membaca Firman Tuhan, saya mulai mengerti bahwa charity berbeda dengan justice. Charity itu seperti orang Samaria yang baik hati, ia menolong orang yang dianiaya. Sedangkan justice, kita menjamin orang di sepanjang jalan dari Yerusalem ke Yerikho tidak ada lagi yang dirampok dan dianiaya. Hal ini yang memicu saya untuk memasuki dunia politik.

Pada awalnya saya juga merasa takut dan ragu-ragu mengingat saya seorang keturunan yang biasanya hanya berdagang. Tetapi setelah saya terus bergumul dengan Firman Tuhan, hampir semua Firman Tuhan yang saya baca menjadi rhema tentang justice. Termasuk di Yesaya 42 yang mengatakan Mesias membawa keadilan, yang dinyatakan di dalam sila kelima dalam Pancasila. Saya menyadari bahwa panggilan saya adalah justice. Berikutnya Tuhan bertanya, “Siapa yang mau Ku-utus?” Saya menjawab, “Tuhan, utuslah aku”.

Di dalam segala kekuatiran dan ketakutan, saya menemukan jawaban Tuhan di Yesaya 41. Di situ jelas sekali dibagi menjadi 4 perikop. Di perikop yang pertama, untuk ayat 1-7, disana dikatakan Tuhan membangkitkan seorang pembebas. Di dalam Alkitab berbahasa Inggris yang saya baca (The Daily Bible – Harvest House Publishers), ayat 1-4 mengatakan God’s providential control, jadi ini semua berada di dalam kuasa pengaturan Tuhan, bukan lagi manusia. Pada ayat 5-10 dikatakan Israel specially chosen, artinya Israel telah dipilih Tuhan secara khusus. Jadi bukan saya yang memilih, tetapi Tuhan yang telah memilih saya. Pada ayat 11-16 dikatakan nothing to fear, saya yang saat itu merasa takut dan gentar begitu dikuatkan dengan ayat ini. Pada ayat 17-20 dikatakan needs to be provided, segala kebutuhan kita akan disediakan oleh-Nya. Perikop yang seringkali hanya dibaca sambil lalu saja, bisa menjadi rhema yang menguatkan untuk saya. Sungguh Allah kita luar biasa.

Di dalam berpolitik, yang paling sulit itu adalah kita berpolitik bukan dengan merusak rakyat, tetapi dengan mengajar mereka. Maka saya tidak pernah membawa makanan, membawa beras atau uang kepada rakyat. Tetapi saya selalu mengajarkan kepada rakyat untuk memilih pemimpin: yang pertama, bersih yang bisa membuktikan hartanya dari mana. Yang kedua, yang berani membuktikan secara transparan semua anggaran yang dia kelola. Dan yang ketiga, ia harus profesional, berarti menjadi pelayan masyarakat yang bisa dihubungi oleh masyarakat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. Saya selalu memberi nomor telepon saya kepada masyarakat, bahkan saat saya menjabat sebagai bupati di Belitung. Pernah satu hari sampai ada seribu orang lebih yang menghubungi saya, dan saya menjawab semua pertanyaan mereka satu per satu secara pribadi. Tentu saja ada staf yang membantu saya mengetik dan menjawabnya, tetapi semua jawaban langsung berasal dari saya.
Ahok.1
Pada saat saya mencalonkan diri menjadi Bupati di Belitung juga tidak mudah. Karena saya merupakan orang Tionghoa pertama yang mencalonkan diri di sana. Dan saya tidak sedikit menerima ancaman, hinaan bahkan cacian, persis dengan cerita yang ada pada Nehemia 4, saat Nehemia akan membangun tembok di atas puing-puing di tembok Yerusalem.

Hari ini saya ingin melayani Tuhan dengan membangun di Indonesia, supaya 4 pilar yang ada, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya wacana saja bagi Proklamator bangsa Indonesia, tetapi benar-benar menjadi pondasi untuk membangun rumah Indonesia untuk semua suku, agama dan ras. Hari ini banyak orang terjebak melihat realita dan tidak berani membangun. Hari ini saya sudah berhasil membangun itu di Bangka Belitung. Tetapi apa yang telah saya lakukan hanya dalam lingkup yang relatif kecil. Kalau Tuhan mengijinkan, saya ingin melakukannya di dalam skala yang lebih besar.

Saya berharap, suatu hari orang memilih Presiden atau Gubernur tidak lagi berdasarkan warna kulit, tetapi memilih berdasarkan karakter yang telah teruji benar-benar bersih, transparan, dan profesional. Itulah Indonesia yang telah dicita-citakan oleh Proklamator kita, yang diperjuangkan dengan pengorbanan darah dan nyawa. Tuhan memberkati Indonesia dan Tuhan memberkati Rakyat Indonesia.
http://yehudaministry.blogspot.com/2013/03/kesaksian-basuki-tjahaja-purnama-ahok.html

ANTUSIASME


Sasela
Sasela
The Power Of Antusias

Kata Antusias itu berasal dari bahasa Yunani, yaitu En dan Theos, en berarti di dalam dan Theos artinya Tuhan, dengan demikian antusias atau entheos ini mengandung arti di dalam Tuhan atau Tuhan di dalam kita. Dalam bahasa kita sehari kata antusia ini kemudian dihubungkan dengan semangat yang menyala-nyala untuk mencapai apa yang menjadi impiannya. Pemahaman ini sejalan dengan pengertian entheos tadi, dengan kata lain orang yang hidup di dalam Tuhan dan Tuhan hidup di dalam dirinya, pasti kita akan menjadi orang yang sangat antusias memiliki semangat atau keinginan atau minat yang tinggi untuk memandang hidup ini. sebagai angugerah yang tiada terhingga dari sang Pencipta luar biasa bukan?

Inilah kiranya yang menjadi alasan mengapa saya membuat blog ini dengan menggunakan nama antusias-men! Artinya marilah kita memandang hidup ini dengan penuh semangat dan berjuang untuk merubah hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa saya mengucapkan Salam Kenal dan Salam jumpa bersama saya Marsse……………l
Diposkan oleh Maarjes Sasela Institute di 02.00

HANYA UNTUK MEREKA YANG BERJIWA BESAR