Komitmen Yang Teruji (The Eric Lidden Story)


Eric Liddell adalah seorang atlit berkebangsaan Scotlandia. Eric adalah seorang pelari yang boleh dibilang memiliki prestasi gemilang pada masanya. Di Olimpiade Paris tahu 1924, Eric memenangkan medali perunggu untuk cabang lari 200 meter dan medali emas untuk cabang lari 400 meter. Namun, ada sesuatu yang sangat menarik untuk dicatat dalam Olimpiade Paris itu. Saat itu, Eric membuat keputusan yang sangat mengejutkan. Dia menolak untuk berlomba di arena lari100 yard, pada hal itu cabang spesialisasinya. Jelas medali emas kemungkinan besar sudah menjadi miliknya, dan akan menjadi kebanggaan bagi bangsanya. Akan tetapi, Eric menolak dengan alas an perlombaan itu diadakan pada hari Minggu. Eric berpegang teguh bahwa hari Minggu adalah harinya Tuhan dan hanya untuk Tuhan yang dipujanya. Untuk itu, ia harus beribadah. Keputusan yang sangat kontrofersial, namun sangat spektakuler dilakukan oleh seorang pemuda yang sangat mengasihi dan menghormati Tuhan.
Kepututusan Eric sontak mengundang kritikan tajam dari banyak orang. Mereka menuduhnya tidak nasionalis. Tetapi Eric tetap teguh pada keyakinannya. Dalam sebuah tulisannya ia menulis: “Tanyakan pada dirimu sendiri: Kalau saya mengetahui sesuatu adalah kebenaran, apakah saya siap untuk mengikutinya, walaupun hal itu bertentangan dengan keinginanan saya, atau berlawanan dengan apa yang saya percaya sebelumnya? Apakah saya akan (tetap) mengikutinya walaupun banyak orang akan menertawakan saya, atau akan menyebabkan saya rugi secara materi, atau menyebabkan saya menderita kesusahan?”
Ternyata keteguhan hati Eric untuk menghormati Tuhan dan kesediaannya mengorbankan peluang besar untuk memperoleh medali emas dalam Olimpiade Paris itu tidak sia-sia. Tuhan mengangkat Eric lebih tinggi dari sebelumnya. Sang pelatih memberinya kesempatan untuk mengikuti lomba di olimpiade itu. Hanya saja kali ini ia harus berlari di nomor 400 yard, ini bukan cabang yang menjadi spesialisasinya. Setelah mempersiapkan diri dengan baik, Eric mengikuti lomba tersebut. Sebelum perlombaan itu dimulai, salah satu pelatihnya memberikan kertas kecil yang berisi kutipan dari 1 Samuel 2:30 yang berbunyi: “Siap yang menghormati Aku, akan Kuhormati,” semoga berhasil dan selamat berjuang! Pelatih tersebut benar. Dalam pertandingan tersebut, Eric memenangkan medali emas untuk cabang 400 yard yang bukan menjadi spesialisasinya.
Luar biasa! Keteguhan hati Eric pada keyakinannya dan sikapnya untuk menghormati Tuhan tidak berhenti sampai disitu saja. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan dunia olah raga dan menyerahkan hidupnya untuk menjadi misionaris yang melayani di Tiongkok. Hidupnya sempat terancam ketika Jepang menyatakan perang dengan Inggris. Dalam situasi yang sangat genting ketika itu, Eric berketetapan untuk tidak meninggalkan Tiongkok. Pada tanggal 21 Februari 1945 Eric meninggal dunia karena tumor ganas di kepalanya. Namun, hingga kini Eric tetap di kenang sebagai pribadi yang sangat menghormati dan mengasihi Tuhan dalam semua sisi kehidupannya. Eric menyelesaikan dengan baik seluruh pertandingan dalam hidupnya untuk melawan keinginan daging. Haleluya.
Mengasihi Tuhan dan menghormati-Nya bukanlah hal yang mudah, harus ada kesediaan untuk mengorbankan sesuatu yang dianggap orang penting bagi kita atau anggapan kita sendiri tentang sesuatu yang sangat berarti dalam hidup kita. Untuk bias mengasihi dan menghormati Tuhan, kita harus bias menyalipkan segala keinginan daging kita. Tanpa kesediaan itu, mustahil kita dapat menyenangkan hati Tuhan secara utuh. Markus menulis ungkapan seorang ahli Taurat yang mendapat pujian Tuhan Yesus, yang berkata “Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Untuk ahli Taurat ini Tuhan Yesus berkata, ketika … Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” (Mark. 12:33,34). Eric Liddell adalah salah satu dari sekian orang percaya yang dapat menerapkan kebenaran ini secara utuh. Bagamana dengan kita? Niscaya! (By: Marssel)

Leave a comment